You need to enable javaScript to run this app.

Jasa Sang Guru : Murid Sukses Karena Kesabaran dan Keikhlasan Seorang Guru

  • Jum'at, 24 November 2023
  • TIM MARCOM ATTAUBAH
  • 1 komentar
Jasa Sang Guru : Murid Sukses Karena Kesabaran dan Keikhlasan Seorang Guru

Mungkin saat ini kita jarang menyadari bahwa semua ilmu yang didapatkan dan pengalaman yang kita nikmati hari ini adalah hasil jasa seorang guru. Coba bayangkan ketika kita menuju suatu tempat dan kita melihat "plang" bertulisan arah tujuan ke satu tempat misalnya dan kita tidak pernah menyadari bahkan kita bisa membaca itu hasil .

Kita pernah mengenal seorang panglima besar yang sangat legendaris yakni Muhammad Al Fatih, sang pembebas Konstatinopel. Ada kisah yang unik, pada masa kanak-kanak, Muhammad bukanlah anak yang mudah untuk menerima pelajaran. Bukan karena bodoh tetapi disebabkan dia tidak pernah mau menaati guru-gurunya.

Banyak guru yang didatangkan oleh sang ayah untuk mendidiknya, namun banyak yang mengalami kegagalan, hingga akhirnya sang Ayah Sultan Murad II mendatangkan Syaikh Ahmad al Kurani. Beliau adalah seorang guru yang memiliki kharisma yang tinggi serta memiliki sikap yang tegas. Sultan Murad membekali Syaikh Ahmad al Kurani dengan sebilah kayu untuk digunakan jika diperlukan.

Pada pertemuan pertama, Al Kurani mengajar Muhammad Al Fatih dengan membawa sebilah kayu tersebut. “Ini pemberian Sultan untuk memukulmu jika kamu tidak disiplin saat belajar,” ujar Syaikh al-Kurani. Mendengar itu, Muhammad Al Fatih malah tertawa. Seketika itu juga Syaikh Kurani memukul Muhammad dengan keras. Muhammad Al-Fatih pun terkejut bukan kepalang. Dia tidak menyangka guru barunya benar-benar memukulnya.

Sejak saat itu Muhammad Al Fatih mengalami perubahan yang sangat signifikan. Dia menjadi anak yang patuh dan hormat terhadap gurunya dan mulai belajar dengan serius. Karena itu pula Muhammad Al Fatih mampu menghafal Al-Quran dengan lebih cepat yaitu tepat pada usia 8 tahun.

Sang muridpun beranjak dewasa dan menjadi Sultan sekaligus panglima pasukan Perang, Ketika pasukan Muhammad Al fatih sudah habis cara untuk melawan musuh pada peperangan tersebut, maka sang Sultan minta kepada prajuritnya untuk memanggil sang guru Syaikh al Kurani menghadap Sultan, tapi prajuritnya Kembali ke hadapan Sultan tanpa membawa sang guru, akhirnya sultan sedikit marah dan langsung mendekati tenda sang guru dan menyobek tenda sang guru karena ingin mengetahui apa yang dilakukan guru saat itu.

Ternyata sang guru sedang bersujud dan bermunajat sambil menangis berdoa kepada Allah supaya muridnya sang panglima bisa berhasil membebaskan konstatinopel. Maka dengan wasilah keikhlasan Doa sang guru untuk muridnya Sultan Muhammad Al Fatih sehingga Allah memenangkan tentara Muhammad Al Fatih untuk mengalahkan kota konstatinopel. 

Begitu juga kisah Imam Syafi’i sang guru dengan muridnya Ar Rabi’ bin Sulaiman, jika istilah jaman ini "Slow Learner" .karena berkali-kali diterangkan oleh sang guru, tapi Rabi’ tak juga faham. Setelah menerangkan pelajaran, Imam Syafi'i bertanya,

“Rabi’ Sudah faham paham belum ?”

“Belum faham, ”jawab Rabi’.

Dengan kesabarannya, sang guru mengulang lagi pelajaranya,lalu ditanya kembali, ”Sudah faham belum? Belum.

Berulang diterangkan sampai 39x Rabi’ tak juga paham.

Merasa mengecewakan gurunya dan juga malu, Rabi’ beringsut pelan-pelan keluar dari majelis ilmu. Selesai memberi pelajaran Imam Syafii mencari Robi’, melihat muridnya. Imam Syafi'i berkata, ”Robi’ kemarilah, datanglah ke rumah saya !”

Sebagai seorang guru, sang imam sangat memahami perasaan muridnya, maka beliau mengundangnya untuk belajar secara privat.

Sang Imam mengajarkan Rabi’ secara privat, dan ditanya kembali, ”Sudah paham belum ?

Hasilnya? Rabi’ bin Sulaiman tidak juga paham.

Kemudian sang guru berkata kepada muridnya :

”Muridku, sebatas inilah kemampuanku mengajarimu. Jika kau masih belum paham juga, maka berdoalah kepada Allah agar berkenan mengucurkan ilmu-Nya untukmu. Saya hanya menyampaikan ilmu. Allah-lah yang memberikan ilmu. Andai ilmu yang aku ajarkan ini sesendok makanan, pastilah aku akan menyuapkannya kepadamu.”

Mengikuti nasihat gurunya, Rabi’ bin Sulaiman rajin sekali bermunajat berdoa kepada Allah dalam kekhusyukan. Ia juga membuktikan doa-doanya dengan kesungguhan dalam belajar. Keikhlasan, kesalehan, dan kesungguhan, inilah amalannya Rabi’ bin Sulaiman.

Tahukah kita? Rabi’ bin Sulaiman kemudian berkembang menjadi salah satu ulama besar Madzhab Syafi’i dan termasuk perawi hadis yang sangat kredibel dan terpercaya dalam periwayatannya.

Sang slow learner bermetamorfosis menjadi seorang ulama besar.

Inilah buah dari kesabaran dan keihlasan sang guru Imam Asy-Syafi’i dalam mengajar dan mendidik.

Pelajaran dari dua kisah diatas bisa kita simpulkan bahwa doa dan keihlasan seorang guru sangat pengaruh besar terhadap kesukseskan masa depan murid – muridnya.

Maka jadilah seorang Guru yang selalu memiliki prasangka baik terhadap anak didiknya dan selalu ikhlas dalam mendoakan siswa-siswi dengan doa yang terbaik.

Semoga kita menjadi Guru yang Ikhlas dan Sabar dalam mendidik siswa siswi kita. 

Selamar Hari Guru Nasional 2023 !!! 

Bagikan artikel ini:

1 Komentar

"Masyaallah Kyai... Semoga senantiasa dapat membimbing dan mengarahkan anak didik dengan penuh kesabaran dan keikhlasan..Aamiin.. Selamat Hari Guru.."
25 Nov 2023 06:09 Agus Dedy

Beri Komentar

Sofwatillah, S.Pd.I

- Kepala Sekolah -

بسم الله الرحمن الرحيم Segala puji bagi Allah SWT yang selalu memberikan nikmat dan rezeki-Nya, serta kesempatan yang luas....

Berlangganan
Jajak Pendapat

Apakah menurut Anda Website kami dapat membantu Anda untuk mendapatkan informasi ?

Hasil
Banner
Jumlah Penggunjung
.